3 Jenis Manusia


3 JENIS MANUSIA MENURUT IMAM AL-GHAZALI.

Imam Al-Ghazali mengatakan:

“Ketahuilah, sungguh, orang yang tenggelam dalam urusan duniawi yang penuh dengan tipu daya, dan mencintai kesenangan-kesenangannya, pasti kalbunya akan lalai untuk mengingat kematian. Akibatnya, jika diingatkan tentang kematian, ia justru tidak suka, bahkan membencinya.

Mereka ini, persis seperti orang yang disindir dalam Al- Qur’an: 

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

”Katakanlah: ‘Sesungguhnya maut yang kalian lari darinya pasti akan menjumpai kalian, lalu kalian semua akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan nyata. Kemudian, Dia akan memberitahukan kepada kalian apa-apa yang kalian lakukan.” (QS Al-Jumuah: 8).


Manusia pada dasarnya terbagi menjadi 3 golongan, yakni:
  1. Orang yang tenggelam dalam urusan duniawi, 
  2. Orang yang bertobat,
  3. dan orang yang telah mencapai maqam ‘arif.
Pertama: Orang yang tenggelam dalam urusan duniawi tidak akan ingat tentang kematian. Dan, kalaupun dia mengingatnya, pasti ia lakukan sambil mengingat dunianya. Ini akan membuatnya semakin jauh dari Allah.

Kedua: Orang yang bertobat itu akan memperbanyak mengingat kematian, sehingga dalam kalbunya lahir rasa takut dan gentar. Hal ini akan semakin menguatkan kesempurnaan tobatnya. Boleh jadi, dia merasa takut pada datangnya kematian, tapi hal tersebut lebih didorong oleh rasa takut bahwa kematian itu akan datang di saat tobatnya dirasakan belum sempurna, dan bekalnya untuk kehidupan akhirat belum cukup. Rasa takut mati pada orang seperti itu masih bisa dimaklumi, dan dia tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang disebut dalam sabda Rasulullah.

“Barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Orang-orang seperti ini sebenarnya tidak membenci pertemuan dengan maut atau pertemuan dengan Allah. Tapi, dia hanya takut jangan-jangan dia bertemu dengan Allah dalam keadaan yang kurang sempurna dan lalai. Dia laksana orang yang terlambat bertemu dengan kekasihnya, karena sibuk mempersiapkan diri supaya pertemuan itu mendatangkan kecintaan sang kekasih. Jadi, dia tidak bisa dianggap keberatan terhadap pertemuan tersebut.

Ciri khas orang yang bertobat adalah fokus pada persiapan untuk pertemuan dengan Rabb-nya dan mengurangi perhatian kepada hal-hal yang lain. Kalau tidak seperti itu, berarti dia termasuk orang yang tenggelam dalam urusan duniawi semata.

Ketiga: Orang yang ‘Arif adalah orang yang selalu mengingat kematian, karena baginya kematian adalah saat bertemu dengan Sang Kekasih. Dan, orang yang telah dimabuk cinta tak akan pernah lupa dengan janji bertemu dengan orang yang dicintainya. Orang seperti itu biasanya merasakan datangnya kematian begitu lambat, dan dia sangat gembira saat kematian datang. Sebab, dengan begitu dia bisa segera meninggalkan dunia, tempat tinggal orang-orang durhaka. Dia lebih memilih untuk berada di sisi Rabb semesta alam.

Hal ini seperti hadis yang diriwayatkan oleh Hudzaifah. Menjelang kematiannya, Hudzaifah-Al-Yamani mengatakan: “Sang Kekasih datang kepada orang yang papa (lemah). Dan, tidaklah beruntung orang yang baru menyesal pada saat seperti itu. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa miskin lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan mati lebih aku sukai daripada hidup, tolong mudahkanlah kematianku supaya aku bisa segera bertemu dengan-Mu.”

Imam Al-Ghazali dalam kitab Dzikir al-Maut wa Ba’dahu, Ihya Ulumuddin.

Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah Saya ucapkan kepada Allah dan Solawat Beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW

0 komentar: