Ucapan di atas, adalah terjemahan harfiah dari satu pepatah arab yang berbunyi:
Konon, dikisahkan ada dua orang sahabat yang sedang berjalan bersama. Di tengah perjalanan, salah saorang dari mereka tiba tiba melihat satu benda hitam. Lalu ia berkata: “apakah engkau melihat burung gagak yang berada nun jauh di sana itu?“
Sahabatnya menjawab: “ya, saya melihatnya, namun itu bukan burung gagak, akan tetapi itu adalah kambing“.
عنزة وإن طارت
“itu kambing walaupun terbang”
Konon, dikisahkan ada dua orang sahabat yang sedang berjalan bersama. Di tengah perjalanan, salah saorang dari mereka tiba tiba melihat satu benda hitam. Lalu ia berkata: “apakah engkau melihat burung gagak yang berada nun jauh di sana itu?“
Sahabatnya menjawab: “ya, saya melihatnya, namun itu bukan burung gagak, akan tetapi itu adalah kambing“.
Tak ayal lagi mereka berdua segera hanyut dalam perdebatan tentang benda berwarna hitam tersebut. Di tengah-tengah perbedebatan berlangsung sengit, benda berwarna hitam itu terbang, sehingga terbuktilah bahwa benda itu sebenarnya buruk gagak. Walau demikian, betapa mengejutkan orang yang berpendapat bahwa benda itu adalah seekor kambing menyeletuk berkata:
عنزة وإن طارت
“itu (tetap) kambing walaupun terbang”
Pepatah ini menggambarkan betapa “orang ngeyel” itu walaupun anda telah menegakkan dalil atau mendatangkan bukti yang tidak terbantahkan lagi maka ia tidak akan bergeming. Ia tetap saja bersikukuh mempertahankan pendapatnya yang telah terbukti salah. Berdiskusi dengan orang semacam ini, jelas saja tiada gunanya, menyia-nyiakan waktu dan bahkan bentuk dari kebodohan.
Wajar saja bila dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam berpesan kepada kita semua agar menjauhi diskusi dengan orang-orang semacam ini:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
“Aku memberikan jaminan untuk mendapatkan rumah di tepi surga kepada siapa saja yang dapat menjauhi debat kusir walaupun ia berada pada pihak yang benar” (HR. Abu Dawud dan lainnya)