Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Sebelum kita membahas khiyar majlis, terlebih dahulu kita akan memahami hak khiyar.
Di dalam buku ensiklopedi Fiqh Islam disebutkan definisi khiyar,
هُوَ حَقُّ الْعَاقِدِ فِي فَسْخِ الْعَقْدِ أَوْ إِمْضَائِهِ ، لِظُهُورِ مُسَوِّغٍ شَرْعِيٍّ أَوْ بِمُقْتَضَى اتِّفَاقٍ عَقَدِيٍّ
“Hak pelaku akad untuk membatalkan atau melanjutkan akad disebabkan alasan yang syar’i atau karena ada kesepakatan ketika akad.” (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 20/41).Berdasarkan definisi di atas, ada beberapa catatan yang bisa kita simpulkan,
- Bahwa hak khiyar melindungi semua pelaku akad, yang mencakup penjual dan pembeli. Sehingga hak khiyar tidak hanya melindungi pembeli semata, tapi juga penjual.
- Hak khiyar adalah turunan dari akad, dalam arti di mana ada akad jual beli maka di situ ada hak khiyar. Karena itu, tidak ada hak khiyar tanpa akad jual beli.
- Hak khiyar ada karena dua alasan:
- Sebab yang diizinkan oleh syariat, seperti masih di majlis akad atau adanya aib atau sebab dibodohi.
- Karena kesepakatan pelaku akad, seperti hak khiyar syarat.
- Khiyar hanya berlaku untuk akad yang lazim (mengikat kedua pihak). Sementara akad yang jaiz (bisa dibatalkan sepihak), tidak berlaku khiyar.
Ibnu Hubairah – ulama Hambali w. 560 H,
واتَّفقوا على أن خيار المجلس لا يثبت في العقود التي هي غير لازمة كالشركة، والوكالة، والمضاربة
Ulama sepakat bahwa khiyar majlis tidak berlaku untuk akad yang tidak lazim (mengikat), seperti syirkah, wakalah atau mudharabah. (Ikhtilaf al-Aimmah, Ibnu Hubairah, 1/350).Hak Khiyar Majlis
Selanjutnya, di bagian ini kita akan membahas khusus mengenai hak khiyar majlis.Khiyar majlis adalah hak khiyar bagi pelaku akad untuk melanjutkan atau membatalkan transaksi selama keduanya masih berada di majlis akad.
Keberadaan hak khiyar majlis telah dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَبَايَعَ الْمُتَبَايِعَانِ بِالْبَيْعِ فَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِالْخِيَارِ مِنْ بَيْعِهِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا
Jika ada dua orang yang melakukan akad jual beli, maka masing-masing memiliki hak khiyar dalam akad jual beli yang mereka lakukan, selama mereka belum berpisah. (HR. Muslim 3935)Dalam riwayat lain, dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُتَبَايِعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَفْتَرِقَا إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَفْقَةَ خِيَارٍ وَلاَ يَحِلُّ لَهُ أَنْ يُفَارِقَ صَاحِبَهُ خَشْيَةَ أَنْ يَسْتَقِيلَهُ
Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar selama mereka belum berpisah. Kecuali jika ada perpanjangan khiyar. Dan tidak halal baginya untuk meninggalkan lawan akadnya, karena khawatir akad dibatalkan. (HR. Nasai 4500, Abu Daud 3458 dan dihasankan al-Albani)Dalam hadis yang kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut ‘tidak halal’ bagi orang yang tidak memberikan hak khiyar majlis. Ini menunjukkan bahwa khiyar majlis hukumnya wajib.
Batasan Khiyar Majlis
Apa batasan masa khiyar majlis, apakah selama masih di sekitar pasar ataukah selama masih bertatap muka antara penjual dan pembeli?Jawabannya: batasan khiyar majlis adalah selama penjual dan pembeli masih bertatap muka. Karena ketika sudah berpisah badan, berarti sudah disebut berpisah secara makna bahasa.
Al-Wazir Ibnu Hubairah menjelaskan mengenai makna ‘berpisah’ untuk khiyar majlis,
والتفرق في اللغة لا يحمل إلا على التفرق بالأبدان
Berpisah secara bahasa tidak memiliki makna selain berpisah secara fisik. (al-Ifshah, 4/127).Dan seperti inilah yang dipahami sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, selaku sahabat yang meriwayatkan hadis tentang Khiyar Majlis.
Nafi’ – menantunya Ibnu Umar – menceritakan,
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا اشْتَرَى شَيْئًا يُعْجِبُهُ فَارَقَ صَاحِبَهُ
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ketika membeli sesuatu yang beliau sukai, maka (selesai akad) beliau segera tinggalkan penjualnya. (HR. Bukhari 2107)Dalam riwayat lain, Nafi’ mengatakan,
فَكَانَ إِذَا بَايَعَ رَجُلاً فَأَرَادَ أَنْ لاَ يُقِيلَهُ قَامَ فَمَشَى هُنَيَّةً ثُمَّ رَجَعَ إِلَيْهِ
Ibnu Umar ketika melakukan transaksi dengan seseorang, dan beliau ingin agar tidak dibatalkan (mengikat) maka beliau berpindah sedikit, lalu kembali lagi ke penjual. (HR. Muslim 3935).Ketika si A dan si B melakukan akad di pasar, mereka saling bertemu. Ketika akad sudah deal dilakukan, lalu si A berpindah ke penjual sampingnya, maka akad menjadi mengikat, karena khiyar majlis sudah tidak berlaku. Konsekuensi akad yang mengikat (lazim), akad itu tidak bisa dibatalkan sepihak.
Hikmah Adanya Khiyar Majlis
Apa hikmah khiyar majlis diwajibkan dalam setiap akad?Banyak kejadian orang melakukan akad tanpa pikir panjang. Sehingga bisa jadi setelah akad, dia menyesal, karena mereka rugi. Islam memberikan hak khiyar majlis, untuk mengindari peluang penyesalan semacam ini. Agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Ibnul Qoyim menjelaskan hikmah adanya Khiyar Majlis,
إن الشارع صلوات الله وسلامه عليه وعلى آله أثبت خيار المجلس في البيع حكمة ومصلحة للمتعاقدين وليحصل تمام الرضي الذي شرطه تعالى فيه فإن العقد قد يقع بغته من غير ترو ولا نظر في القيمة فاقتضت محاسن هذه الشريعة الكاملة أن يجعل للعقد حريما يتروى فيه المتبايعان ويعيدان النظر ويستدرك كل واحد منهما عيبا كان خفيا
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan khiyar majlis dalam transaksi jual beli, karena ada hikmah dan maslahat bagi pelaku akad. Agar terjadi keridhaan yang sempurna seperti yang Allah sebutkan dalam al-Quran. Karena akad terkadang terjadi secara tiba-tiba tanpa pikir panjang mengenai harganya, sehingga bagian dari kebaikan syariah yang sempurna ini, adanya jeda agar masing-masing pelaku akad bisa merasa puas, mempertimbangkan ulang, sehingga masing-masing mengetahui aib yang tersembunyi. (I’lam al-Muwaqqi’in, 3/164)Dalam artikel yang ditulis oleh Dr. Ali Abdullah dan Dr. Ahmad Syahdah disebutkan,
إن الحاجة – وهي مما جاءت العقود لتلبيتها وإشباعها – داعية لإثبات هذا الخيار؛ ذلك أن كلا من المتعقدين قد يقبلان على البيع بغتة من غير ترو؛ فيحصل لهما الندم على ما عقداه، فلو قلنا بلزوم العقد بمجرد الإيجاب والقبول لتضررا من ذلك؛ فناسب أن يشرع خيار المجلس لكل منهما دفعا للضرر
Pertimbangan kebutuhan – yang merupakan tujuan besar dilakukannya akad – sangat mendesak untuk menetapkan keberadaan khiyar ini. karena masing-masing pelaku akad, bisa jadi menyetujui akad jual beli secara tiba-tiba dan tidak berfikir panjang. Sehingga mereka menyesali akad yang mereka lakukan. Jika kita nyatakan bahwa akad itu mengikat hanya dengan ijab qabul, tentu akan merugikan mereka. Sehingga sangat sesuai ketika disyariatkan adanya khiyar majlis bagi masing-masing untuk menghindari hal yang merugikan. (Majallah as-Syariah wal Qanun, hlm 201)Demikian, semoga bermanfaat.
Allahu a’lam.
Sumber: Buku Pasar Muslim & Dunia Makelar